Sekarang Bangun Rumah Bisa Di-Print
Teknologi memungkinkan membangun rumah dengan sistem print yang lebih cepat, efisien, dan minim limbah.
Rumah umumnya dibangun dengan material batu untuk pondasi, susunan bata yang disemen, diplester, hingga dicat untuk dinding, hingga material lain untuk atap, lantai, dan lainnya. Perkembangan teknologi telah memunculkan berbagai bahan material alternatif hingga saat ini memungkinkan dengan teknologi beton cetak tiga dimensi (3D) untuk menghasilkan concrete printing atau membangun rumah dengan cara di-print.
Untuk teknologi printing rumah maupun bangunan ini Direktorat Jenderal (Ditjen) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah bekerja sama dengan perusahaan BUMN PT PP (Persero) Tbk dan perusahaan rintisan (start up) Autoconz yang telah sukses membuat proyek percontohan beton cetak 3D Concrete Printing.
Menurut Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, inovasi dengan teknologi beton cetak 3D ini menjadi bukti nyata kolaborasi Kementerian PUPR dengan perusahaan BUMN dan start up company yang digawangi anak-anak muda Indonesia untuk aplikasi teknologi membangun rumah dengan cara di-print.
“Inovasi ini sejalan dengan roadmap Making Indonesia 4.0 yang terus didorong pemerintah dan ini juga menjadi momentum penting yang memberikan arah dan fokus pengembangan baru di sektor perumahan hingga bisa mendorong kekuatan kita di mata dunia khususnya di bidang konstruksi dan infrastruktur,” katanya.
Sementara itu Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Diana Kusumastuti menjelaskan, 3D Concrete Printing ini mengunakan metode additive manufacturing yang menghasilkan cetakan obyek tiga dimensi dari material mortar atau semen. Selanjutnya proses pencetakannya dilakukan secara layer by layer hingga bisa membentuk sebuah bangunan secara utuh.
“Tentu secara metode inovasi printing rumah ini masih akan terus mengalami perkembangan, tapi dengan metode terbaru ini akan mengubah ekosistem dunia konstruksi dan bangunan. Satu hal yang pasti semuanya bisa dilakukan lebih efisien dan efektif sehingga bisa menciptakan perumahan yang affordable bagi seluruh kalangan,” jelasnya.
Selain itu ada banyak keunggulan lain dari metode 3D Concrete Printing untuk mencetak bangunan ini. Antara lain mengurangi limbah material, menghemat biaya, waktu, dan meningkatkan kualitas produk konstruksi. Sistem printing ini juga memungkinkan mengerjakan bangunan dengan desain yang kompleks.
Akan ada banyak solusi yang bisa dihasilkan dengan metode 3D Concrete Printing ini, misalnya pembangunan kembali maupun rehabilitasi untuk kawasan-kawasan yang terkena bencana. Begitu juga untuk mendukung pembangunan berbagai fasilitas seperti prasarana pendidikan sekolah hingga untuk mendorong pemenuhan backlog perumahan dengan menghadirkan 3D printed house.
“Teknologi 3D Concrete Printing ini akan sangat membantu kita untuk membangun dengan lebih cepat, akurat, dan presisi sebagaimana gambar rancangan kerja yang ingin diwujudkan. Harapannya teknologi baru ini bisa terus dikembangkan untuk pembangunan program perumahan, sekolah, dan lainnya hingga dimasukkan ke dalam sistem e-katalog Kementerian PUPR sehingga proses lelang juga tidak membutuhkan waktu yang lama,” imbuh Diana.