Rumah Bali

Filosofi Rumah Arsitektur Bali

Ada banyak keistimewaan arsitektur tradisional yang kita miliki seperti pakem rumah Bali.

Indonesia memiliki keragaman budaya yang sangat beragam, kaya, dan sarat filosofi termasuk untuk sarana hunian. Rumah dengan arsitektur tradisional Bali misalnya, merupakan salah satu khazanah kekayaan budaya bangsa yang penerapannya bukan hanya untuk rumah-rumah tradisional melainkan untuk bangunan modern.

Beberapa keistimewaan arsitektur rumah Bali dijelaskan oleh Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) I Ketut Wiarcha. Menrutunya, arsitektur Bali diperngaruhi oleh tiga hal mendasar yaitu stakeholder yang terdiri dari arsitek, pemilik, penentu kebijakan, dan masyarakat, niat yang mencakup keinginan, obsesi, dan tuntutan, serta pranata terkait dengan perundangan maupun norma yang berlaku.

“Filosofi-filosofi ini harus dijadikan dasar untuk siapapun yang ingin menerapkan arsitektur Bali. Jadi semua pihak yang terlibat dalam proses pembangunan bisa mempertahankan ciri khas arsitektur Bali yang sarat makna dan bisa menjaga kelestariannya supaya tetap terpelihara,” ujarnya.

Arsitektur Bali juga telah digunakan selama berabad-abad khususnya oleh masyarakat Hindu Bali untuk mengatur kehidupan dan lingkungan sekitarnya. Perencanaan bangunan umumnya dilandasi oleh Kitab Lontar Asta Kosala Kosali yang sarat filosofi indah dan memiliki kekhasan.

Hal itu juga yang menjadikan Bali memiliki daya pikat kuat untuk wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Arsitektur Bali akhirnya juga menjadi aset penting dan daya tarik bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat Bali dan bukan sekadar aksesori maupun hiasan yang tanpa makna.

Kitab Asta Kosala Kosali juga mengatur mengenai tata cara pembangunan rumah tinggal, rumah ibadah, hingga bangunan upakara yang memerhatikan juga sisi filsafat, teknis, hingga estetis. Keindahan dan filosofi bangunan arsitektur Bali hingga saat ini juga terus dieksplorasi untuk mengetahui konsep dasar penggunaan elemen tradisional yang diatur oleh adat istiadat lokalnya.

Satu hal yang penting, dalam membangun dengan menerapkan arsitektur Bali, kita tidak bisa asal meniru dengan ukuran sesukanya. Setiap satuan ukuran (sukat) ada filosofinya bahkan digunakan anggota tubuh seperti tangan, jari, dan kaki untuk menghasilkan sebuah bangunan tradisional yang personal.

Di sisi lain modernisasi untuk arsitektur Bali juga tetap berlangsung dan tidak bisa dihindarkan. Menurut Arsitek I Gusti Lanang Wiantara dari Universitas Udayana, secara umum Asta Kosala Kosali memang menjadi pakem bagi pelaku pembangunan bangunan tradisional Bali sejak dulu hingga saat ini.

“Tapi kita tidak bisa menutup mata dengan banyaknya terjadi modernisasi dalam bentuk arsitektur Bali. Misalnya bentuk gerbang kori agung yang mengalami perkembangan. Ada ketentuan-ketentuan yang mengikat tapi berbagai perubahan dan penyesuaian tetap terjadi,” imbuhnya.

Dalam gaya kekinian juga kian banyak ditampilkan arsitektur yang sifatnya hanya tempelan untuk menghadirkan style Bali. Ini harus dibaca sebagai adaptasi terhadap perubahan karena industri pariwisata, perkembangan teknologi, budaya, hingga lifestyle masyarakat.